Minggu, 17 September 2017

Desahan kenikmatan Tante Shanti Setelah Bermain Gaya 69

Desahan kenikmatan Tante Shanti Setelah Bermain Gaya 69 Shanti yaitu seseorang gadis yang cantik serta ramah. Usianya telah 17 th. serta ia tidak bisa sekali lagi melanjutkan sekolahnya karna orang tuanya tidak dapat. Berwajah oval serta begitu bersih, kulit gadis itu kuning langsat. Mata Shanti bercahaya lembut, bibirnya kemerahan tanpa ada lipstik. Shanti memiliki rambut yang panjang hingga dadanya, berwarna hitam, badannya layaknya seperti gadis kampung seusianya. Buah dada Shanti membusung meskipun tidak bisa disebutkan besar tetapi Shanti mempunyai pantat yang indah serta cocok dengan bentuk badannya. Secara singkat Shanti seseorang gadis yang tengah tumbuh mekar serta senantiasa dikagumi tiap-tiap pemuda dikampungnya. 


Tuti seseorang wanita yang telah berumur 32 th.. Ia seseorang janda ditinggal cerai suaminya. Telah 3 th. Tuti bercerai dengan suaminya karna lelaki itu main hilang ingatan dengan seseorang pelacur dari Jawa Tengah. Tuti bertubuh montok serta bahenol. Semua serba bulat serta kencang, berwajah cukup manis dengan rambut sebahu serta ikal. Bibir Tuti begitu menggoda tiap-tiap lelaki, meskipun hidungnya agak pesek. Kulit Tuti berwarna coklat tua karna ia seringkali ke pasar serta ke sawah jadi buruh tani bila tengah musim tanam atau panen. Tuti dulunya yaitu seseorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur. Dahulu uang demikian mudah didapat serta lelaki demikian mudah dipeluknya, hingga pada akhirnya hukum karma buat ia menjanda karna sesama rekan seprofesinya juga. Beberapa orang dikampung yang diam-diam ketahui histori kelam Tuti serta banyak pula yang coba akan memakai dia. Namun sampai kini Tuti tampak begitu cuek serta sinis pada beberapa orang yang menggodanya. Buah dada Tuti besarnya bukanlah main, seringkali ia terasa risih dengan kepunyaannya sendiri. Namun ia paham buah dadanya jadi buah-bibir baginya. Serta sedikit banyak ia juga bangga dengan buah dadanya yang besar serta kenyal itu. Tuti juga mempunyai pantat yang besar serta indah, nungging seperti memohon……. badan Tuti seringkali jadi mimpi basah beberapa pemuda dikampungnya. 


“Shan, anda telah miliki pacar belum juga? ” Tiba Tuti berjongkok dimuka Shanti serta mulai menolong gadis itu membersihkan pirng-piring kotor. Shanti terkikik serta menggeleng. “Belum tuh”“Lho? Gadis secantik anda tentu banyak yang naksir” kata Tuti sembari melihat Shanti. Shanti tertawa sekali lagi. “Payah.?? semua mikir kesitu melulu” Jawab Shanti. “Memang.?? laki2 itu bila lihat wanita fikirannya segera menginginkan ngewe” kata Tuti tanpa ada terasa risih berkata kasar. 


“Ah mbak, janganlah sukai ngomong gitu ah” timpal Shanti. “Kan tidak ada yang dengar ini” Jawab Tuti. Mereka terdiam lama. “Mbak……. ” nada Shanti menggantung. Tuti selalu membersihkan. “Mmmm? ” Jawab wanita itu. “Ngggg………”“Ngomong saja sulit banget sih” Tuti mulai hilang sabar. Shanti menunduk. “Ngg…… anu…….. ngewe itu enak tidak sich? ” Pada akhirnya keluar juga. Tuti melihat gadis itu. “Yaaa…….. enaak banget Shan, terlebih jika yang ngewein kita pinter” jawab Tuti seenaknya. “Maksud mbak? ” Shanti penasaran. “Iya pinter………. dapat beberapa macam serta miliki kon**l yang keras! ” kata Tuti sembari terkikik. Shanti merah padam mendengarnya. Namun gadis itu semakin penasaran. “Bisa beberapa macam apa sich, Mbak? ” bertanya Shanti. Tuti memandangnya sembari menimbang. Ah……. toh kelak gadis kecil ini mesti tahu juga. Serta Shanti benar-benar cantik sekali, sepintas mata Tuti tertumbuk pada tempat Shanti yang tengah berjongkok. Tuti lihat gadis itu mengangkang serta tampak celana dalam gadis itu berwarna coklat muda. “Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan juga ada yang hingga ingin ngemut tempik kita lohh…. ” jawab Tuti. Tak tahu mengapa Tuti terasa begitu terangsang dengan jawabannya serta darahnya mendidih lihat selangkangan Shanti yang bersih dan mulus. “Idiiiih…… jorok ihhhh….. kok ada yang ingin sich? ” Shanti saat ini melotot tidak yakin. “Lho…… banyak yang suka ngemut memiaw Shan. Ngemut kon**l juga enak banget kok” jawab Tuti masih tetap selalu lihat selangkangan Shanti. “Astaga……. masak anunya lelaki diemut? ” Shanti terasa aneh serta jantungnya berdebar, ia terasa ada aliran aneh menyebar dalam dianya. Gadis itu tidak tahu kalau ia terangsang. “Oh enak banget Shan, rasa-rasanya hangat serta licin, terlebih jika ehm…… ehmm………”“Kalo apa mbak? ” Shanti semakin penasaran. Tuti terasa lihat sisi memiaw Shanti yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, namun Tuti tidak percaya. “Yaaa…….. malu ahhh….! ” Tuti berniat buat Shanti penasaran. “Ayo doong mbak” rengek Shanti. Tuti saat ini percaya kalau memiaw gadis itu telah basah hingga tampak bercak gelap di celana dalamnya. Tuti sendiri terasa begitu terangsang lihat panorama itu. “Kalo pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasa-rasanya panas serta asin, lengket namun enak banget! ” bisik Tuti didekat telinga Shanti. Shanti membelalakkan matanya. “Apa itu pejuh? ” tanyanya. Tuti terasa tidak tahan. “Pejuh itu seperti santan yang seringkali buat memiaw kita basah lho” Jawab Tuti. Ia lihat sisi memiaw Shanti semakin gelap, wah gadis ini banjir, fikir Tuti. “Idiiihhh amit-amit, jorok banget sih”“Lho kok jorok? Lelaki juga suka banget sama santan kita, terlebih jika memiaw kita harum, tidak bau terasi”“Idiiihh mbak saru ah! ”“Tapi saya percaya memiaw kita tentu wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”“Udah ah, lama2 jadi saru nih” kata Shanti. Tuti tertawa. “Kamu telah banjir yaaa? ” goda Tuti. Shanti memerah, cepat-cepat ia merapatkan ke-2 kakinya. “Ahhh….. Mbaakk!!! ” Tuti tersenyum lihat Shanti melotot. “Nggak usah malu, saya sendiri juga basah nih” Kata Tuti. Ia lantas buka kakinya hingga Shanti dapat lihat celana dalam putih dengan bercak gelap ditengah, Shanti terbelak lihat bulu-bulu kemaluan Tuti yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali, fikirnya. “Ihhh….. mbak jorok nih” desis Shanti. Tuti terkekeh. “Mau rasakan bagaimana tempik anda diemut? ” bisik Tuti. Shanti berdebar. “Ngaco ah! ”“Aku ingin emutin miliki anda, Shan? ” Tuti mendekat. Shanti cepat-cepat bangun serta mundur ketakutan. Tuti tertawa. “Kamu juga akan dapat pingsan merasakannya” bisik Tuti sekali lagi. “Ogah ah….. telah deh…… janganlah nakut-nakutin akhh” Shanti mundur mendekati pintu kamar mandi serta Tuti semakin maju. “Nggak apa-apa kok…. hanya diemut saja kok takut? ”“Masak mbak yang ngemut? ”“Iya… agar kamu paham.kamu mengerti rasanya”“Malu ahhhh……. ” 


“Nggak apa-apaaa……” Tuti mendekat serta Shanti tersudut hingga pada akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi. Serta Tuti telah meraba pahanya. Shanti merinding serta roknya terangkat ke atas, Shanti pejamkan matanya. Tuti telah berjongkok serta mendekatkan berwajah ke memiaw Shanti yang tertutup celana dalam. Tuti mencium bau memiaw Shanti, serta Tuti senang sekali dengan harumnya memiaw Shanti. Dahulu ia seringkali lakukan beberapa hal begini, jadi sempat ia bermain-main dengan 4 pelacur sekalian untuk memuaskan tamunya. 


Badan Shanti gemetar serta semua bulu kuduknya meremang, gadis itu terasa suhu badannya bertambah serta perasaannya aneh. Tuti mulai menciumi memiaw Shanti yang masih tetap tertutup. Pelan-pelan tangannya turunkan celana dalam Shanti serta Tuti terangsang lihat cairan lendir bening tertarik memanjang melekat pada celana dalam gadis itu saat ditarik turun. Tuti menjulurkan lidahnya memotong cairan memanjang itu serta lidahnya rasakan asin yang enak sekali. memiaw Shanti benar-benar indah sekali, tidak tampak bibir kemaluannya bahkan juga bulu-bulunya juga masih tetap halus serta lembut. Tuti mencium serta mulai melumat memiaw Shanti. Gadis itu mengerang serta menggeliat-liat saat lidah Tuti menyebar membelai liang memiawnya. Shanti betul-betul shock dengan kesenangan aneh yang dirasakannya, ada perasaan geli serta jijik, namun ada perasaan nikmat yang bukanlah alang kepalang. Gadis itu rasakan keanehan yang belum juga sempat dirasa terlebih dulu. Bulu kuduknya berdiri hebat ketika lidah Tuti menyapu dinding memiawnya, Shanti menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat sisi bawah perutnya. 


“Aahhh…. Mbak… uuuhhhh….. ssshhhhh…. ja…. janganlah mb….. mbbak! Ji…. jijikhh…. aahhhh” Tuti tidak memperdulikan rintihan serta erangan Shanti. Lidahnya bergumul serta menembus liang memiaw Shanti dengan lembut, Tuti tahu Shanti masih tetap perawan serta ia tidak menginginkan mengakibatkan kerusakan keperawanan Shanti, lidahnya cuma menjulur tidaklah terlalu dalam, tetapi Tuti telah bisa rasakan cairan asin hangat yang mengalir membasahi lidahnya serta Tuti mengendus-endus bau ciri khas memiaw Shanti dengan begitu menikmatinya. Tuti perlahan menyisipkan jari-jarinya kesela-sela pantat Shanti, dengan lembut serta dibelai-belainya liang anus Shanti, serta Shanti sedikit tersentak namun lalu menggelinjang geli, namun Shanti membiarkan dianya pasrah pada Tuti. Ia yakin seutuhnya pada Tuti serta saat ini ia betul-betul rasakan kesenangan yang sampai kini belum juga sempat ia rasakan bahkan juga dalam mimpipun! 


“Enak Shan? ” desah Tuti dengan mulut berlumuran lendir Shanti. Shanti melihat ke bawah serta mengangguk, badannya bergetar hebat, ia tidak mengerti kalau itu yang diberi nama klimaks kesenangan seseorang wanita. Tuti rasakan liang memiawnya berdenyut serta ia meraba dan menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memiawnya serta rasakan cairan licin membasahi jarinya. Ia merintih dengan muka terpuruk diselangkangan Shanti, lidahnya saat ini menjulur serta membelai liang dubur Shanti serta buat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian dan terpana memperoleh perlakuan yg tidak sempat dibayangkannya. Shanti terasa liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak serta kadang-kadang terselip masuk dalam serta ia juga akan terlonjak kaget becampur geli, namun semakin banyak rasakan kenikmatannya. 


Tak tahu bagaimana awalannya, namun sebenarnya Shanti serta Tuti sudah sama-sama memeluk dalam kondisi telanjang bulat dilantai kamar mandi. Tuti mencium mulut Shanti, awalnya gadis itu menampik namun permainan jari-jemari Tuti diitilnya buat gadis itu mabuk kepayang serta kepalanya dipenuhi nafsu berahi yang mencapai puncak dashyat. Tuti melumat mulut Shanti dengan penuh nafsu, Shanti membalasnya dengan malu-malu namun mereka berdua memanglah sama-sama melumat juga pada akhirnya. Terdengar bunyi mulut mereka saat lidah mereka sama-sama mengait serta sama-sama mengisap. Shanti berkelojotan berulang-kali serta Tuti rasakan memiawnya berdenyut-denyut nikmat, ia memikirkan Shanti menjilati serta mengemuti kemaluannya. 


Perlahan Tuti mulai menjilati leher gadis itu serta selalu menciumi ketiak Shanti, gadis itu menggelinjang kesenangan serta semakin mengerang keras saat Tuti mulai mengisap puting tetek Shanti. Perlahan-lahan Tuti menggeser tempatnya hingga Shanti bisa membelai memiawnya, namun gadis itu cuma menggeliat saja. Tuti tidak sabar, diambilnya tangan Shanti serta ditempatkannya di memiawnya, Shanti mulai membelai dengan canggung. Saat jarinya tidak berniat masuk keliang memiaw Tuti, selekasnya saja wanita itu memajukan pinggulnya serta memompa jari Shanti. Shanti mulai tahu serta ia mulai memainkan itil Tuti serta buat wanita itu terlonjak-lonjak nikmat. Lantas perlahan-lahan Tuti telah mengangkangi Shanti serta ia menciumi memiaw Shanti kembali, lidahnya kembali menggumuli liang kemaluan gadis itu. Shanti kembali rasakan terjangan gelombang kesenangan pada saat memiawnya digumuli Tuti, Shanti membiarkan berwajah basah karna cairan memiaw Tuti berjatuhan, menetes serta membuat lendir panjang, namun Shanti tidak berani menjilat lendir yang jatuh dibibirnya. Ia melihat liang memiaw wanita itu dengan heran. memiaw Tuti dengan bibir tidak tipis kehitaman, bulu kemaluan yang lebat bukanlah main namun tidak menutupi liang itu. Shanti lihat memiaw Tuti beda dengan kepunyaannya. Serta memiaw itu semakin turun hingga hampir menyentuh hidungnya. Shanti mencium bau memiaw Tuti serta dirasakannya sama baunya dengan memiawnya.


Shanti menjerit tertahan ketika mencapai klimak, tanpa sadar ia menarik bokong Tuti sehingga wajahnya terbenam dalam memiaw wanita itu, Shanti gelap mata, ia menjulurkan lidahnya dan menggumuli liang penuh lendir bening itu. Shanti bahkan menghisap lendir itu seperti kelaparan. Shanti mengemut itil Tuti yang besar dan menonjol. Tubuh Tuti kaku seperti kayu dan bergetar hebat, pinggulnya kejang-kejang merasakan orgasme yang luar biasa ketika itilnya dihisap dan dijilat Shanti. Tuti menjerit keras dan ia menekan memiawnya sehingga ia dapat merasakan hidung Shanti terselip dibelahan liang memiawnya dan ia menggoyang2kan pinggulnya maju mundur dan dirasakannya itilnya bergesekan dengan hidung Shanti dan gadis itu malah menambahkan kenikmatan Tuti dengan menjulurkan lidahnya sehingga setiap kali Tuti memajukan atau memundurkan pinggulnya selalu bergesekan dengan lidah serta hidung Shanti. Tuti berkelojotan hebat sekali, ia meliuk-liuk seperti menahan nyeri, matanya berputar sehingga menampakan putihnya saja dan mulutnya mengeluarkan desahan kenikmatan.


“Shantiiiiiii!!!!……. aaaaaaarrrrgggghhhhh!!!!…..” Tuti merasakan bagian bawah perutnya nyeri dan ngilu. Orgasme yang ternikmat yang pernah dirasakannya sejak ia meninggalkan dunia hitamnya.

Sabtu, 16 September 2017

Cerita Sex SPG payudaranya yang terasa kenyal hangat

Cerita Sex SPG  payudaranya yang terasa kenyal hangat Masih tetap ingat pengalaman pertamaku dengan pacarku Yati, pada “Kenikmatan Pertama”? Kesempatan ini saya juga akan meneruskan narasi riil kehidupanku setelah itu. 
Cerita Sex SPG  payudaranya yang terasa kenyal hangat


Satu tahun mulai sejak momen 14 November 1994, saya serta Yati masih tetap terkait serta banyak menggunakan saat dengan pacaran serta nikmati indahnya cinta kami. Banyak telah pengalaman sex kami mulai dalam kendaraan umum, dirumah temannya, obyek wisata, di hotel serta yang seringkali di tempat tinggalnya. 


Sempat dalam kendaraan umum luar kota, kuremas payudara montok Yati dengan liar, pastinya tak ada orang yang tahu serta tanganku hingga menyelinap kedalam celana dalamnya, serta yang paling hot yaitu dia sempat “karaoke” dengan kontolku dalam bis itu sampai spermaku ditelan habis olehnya. Bahkan juga di lokasi wisata Tangkuban Perahu saya sempat terkait sex dengannya di bebrapa tempat tinggal berkunjung apabila kita capek jalan, cuma dengan buka sedikit resluiting celana panjangnya serta masih tetap kenakan pakaian lengkap, kususupkan kontolku dalam memeknya, di dalam sejuknya udara Tangkuban Perahu. Satu pengalaman eksotis waktu kami terkait sex dalam situasi yang terburu-buru ditempat terbuka. 


Sesudah saya lulus dari PT, hubunganku dengannya sedikit agak renggang, dia seringkali keluar kota ke tempat saudaranya serta saya yang kesepian dalam kesendirian tidak tahu mesti kemana, ini berlangsung karna keluarganya kurang demikian dapat terima diriku, sampai satu hari saya yang telah bekerja di satu perusahaan, memperoleh telepon darinya, dia menyebutkan menginginkan ketemu denganku, sesudah disetujui kami berjumpa ditempat kostku yang tidak jauh dari kantorku. Di kamar itu sejadinya dia menangis dalam pelukanku, dua bulan kami tidak ketemu kerinduan di hati kami merasa begitu berat untuk kami. Yang lebih sakit dari itu semuanya dia menyebutkan kalau dia telah dilamar seorang serta keluarganya telah terima lamarannya tinggal memastikan hari pernikahan mereka. 


Siang itu saya begitu menghormati dianya, walau sesungguhnya saya telah menginginkan melampiaskan keinginan sex yang telah lama terpendam, tetapi kesedihannya membuatku urung untuk mengerjakannya. Kami cuma berciuman lama, serta sama-sama memeluk dengan erat, kurasakan badannya agak sedikit kurus serta pantatnya juga tidak demikian semontok dahulu, namun dengan rasa sayang saya tetaplah memperkuat dianya serta kamipun mengambil keputusan hubungan kami dengan baik-baik serta tetaplah menaruh rasa cinta di hati kami semasing. 


Pada th. 1997 dia menikah dengan orang yang lain serta sekarang ini di th. 2003 saya baru mendengar kalau dia telah memiliki seseorang anak serta akupun telah menikah. Lewat telepon di kantor saya mengobrol banyak dengannya, kembali kenang waktu dulu, kulihat ada kebahagiaan dalam dianya, walau masih tetap ada rasa rindu dalam hatinya, tetapi saya turut berbahagia. 


Satu hari dia meneleponku di kantor serta menangis dalam telepon dia bercerita ada problem pribadi yang tidak dapat dijaminnya sendiri, saya cuma diam dengarkan sembari sedikit memberi advise buatnya, dua jam lebih kami bercakap di telepon, sampai dia sedikit terhibur serta telah dapat tertawa mendengar gurauanku. “Mas, kita ketemu yuk, saya rindu sekali sama kamu”, tuturnya pada akhir perbincangan di telepon itu. “Boleh, namun tidak dapat saat ini saya sekali lagi repot di kantor, kelak saya hubungi HP-mu ya, kita ketemu di Bandung-nya di mana?, sekarang ini saya tidak di kota Bandung, namun telah bekerja di Jakarta”. “Terserah anda deh Mas”, saya tersenyum sembari kembali kenang masa pacaran kami dahulu. 


Waktu itu kebetulan saya ada rapat di Bandung, jadwal tiga hari usai hanya satu 1/2 hari, saya mengambil keputusan berpisah dengan rombongan serta bermalam di satu hotel di Jalan Setiabudi kota Bandung. Kutelepon HP Yati serta kami janjian ketemu di Gramedia Jln. Merdeka, kutunggu di lantai 2 sembari melihat-lihat buku. 


Lima belas menit berlalu, kulihat jam masih tetap jam 9. 15 pagi, kami janjian jam 9 pagi. Mendadak dari eskalator kulihat seseorang wanita yang tidak asing buatku, tetapi berwajah sangatlah beralih, rambutnya yang dahulu panjang terurai, saat ini lebih pendek cuma hanya bahu, kenakan gabungan rok serta baju seirama warna kuning benar-benar begitu cantik sekali sisa pacarku ini. 


Kulitnya yang putih mulus masih tetap terpelihara, tubuhnya agak sedikit diisi di banding dahulu, dadanya kulihat lebih membusung, pantatnya masih tetap montok seperti dahulu, satu hal yang tentu betis indahnya masih tetap putih serta begitu merangsang. 


“Apa berita Mas?, tuturnya perlahan-lahan sembari tersenyum serta menjabat lembut tanganku“Kabar baik, anda terlihat lebih cantik sekarang”, kataku sembari tersenyum serta menjabat erat tangannya, hmm masih tetap mulus seperti dahulu, batinku. Wangi badannya tidak beralih, benar-benar saya seperti orang yang jatuh cinta sekali lagi serta terikut kembali pada waktu dulu yang indah. “Kita makan dahulu yuk? ”, ajakku padanya sembari memegang bahunya. “OK, di mana? ”“Di samping saja, Hanamasa, ok? ”“Iya deh, jawabnya enteng. Menuju ke tangga turun, kurangkul bahunya serta sesudah jalan datar, kurangkul pinggangnya serta kulihat dia tersenyum malu menatapku, pinggangnya masih tetap ramping seperti dahulu. “Kamu rajin fitness ya? ”, tanyaku sembari jalan. “Emangnya mengapa? ”“tidak, tubuh anda masih tetap langsing serta diisi seperti dahulu saat pacaran”, kataku sembari senyum. “Ih, ingat lho kita telah miliki anak! ” tuturnya sembari mencubit perutku, kupegang serta kuremas tangannya. 


Sembari makan, kami banyak bicara serta bercakap mengenai kehidupan kami semasing serta kadang-kadang kami mengobrol mengenai waktu dulu kami yang indah. “Mas anda terlihat lebih dewasa serta masak saat ini, saya jadi mengagumi akan dengan perubahan kamu”“Ah masa, sepertinya umum saja, mungkin saja karna tuntutan pekerjaan mesti begini kali, yang tentu sepertinya saya lebih masak sekali lagi di ranjang, he.. he.. he.. ”“Ih, beraninya, sepertinya untuk masalah yang satu ini anda tidak beralih deh”, tuturnya sembari tersenyum galak. Sebenarnya, saya tidak mau mengulangi waktu dulu, tetapi kerinduan serta situasi romantis yang ada buat kami jadi keduanya sama lupa dengan status kami saat ini. 


“Kita kemana nih? ”, tanyaku sembari bersiap-siap keluar dari Hanamasa. “Terserah anda saja deh, namun saya masih tetap menginginkan bercakap banyak sama anda masalah tempo hari di telepon, hanya saya cuma dapat sampai jam empat sore aja”, tuturnya. “OK, kita naik taksi saja ya? kita ke hotelku saja di Jalan Setiabudi”, ajakku. Kulihat dia agak bingung, pada ya serta tidak, namun ada rasa menginginkan dalam dianya. Dalam keraguannya kupeluk pinggangnya serta kuajak masuk ke taksi yang telah kustop di tepi jalan. 


Dalam taksi kami semakin banyak diam. Kuberanikan meremas tangannya serta mendadak dia merapatkan duduknya mendekatiku serta menyenderkan kepalanya di dadaku. Setelah kubayar taksi, kami masuk ke kamar hotel, lewat room service, kupesan dua juice alpukat kegemaran kami saat masih tetap pacaran dahulu. 


Sembari duduk serta melihat TV, kami mengobrol sekitar kehidupan kami saat ini, serta diapun bercerita problem keluarga yang dihadapinya. Saya begitu mengerti rasa sedih serta kebingungannya, pada akhirnya di kamar hotel itu saya banyak menasehati untuk dia serta diapun mendadak duduk di sampingku serta memelukku sembari menangis. 


Ting-tong, bel kamar berbunyi, kubuka pintu serta kubawa masuk juice alpukat pesananku. Kutarik tangan Yati, serta sembari berdiri kupeluk dianya, diapun membalas pelukanku, kurasakan dadanya merasa hangat, perlahan-lahan kuangkat dagunya kukecup lembut bibirnya lalu kening serta matanya yang terpejam kukecup juga, sebentar ujung hidungnya kukecup perlahan-lahan sampai bibirku kembali menyapu bibir lembutnya, ciuman bibir yang telah lama tidak kami kerjakan, seakan menginginkan kami lampiaskan dengan penuh gelora siang itu, bibirnya kulumat habis serta lidah kamipun beradu dengan dahsyatnya, sedotan serta pagutan bibir kami mengingatkan waktu kami berpacaran dahulu. 


“Mas, anda masih tetap ingat peristiwa tanggal 14 November dahulu? ”, tuturnya dengan mata sendu serta bibir yang merekah. “Saputangan biru sisa kesucianmu masih tetap kusimpan hingga hari ini, saya masih tetap menaruh tanda cinta kita, sayang”. “Aku merindukanmu siang malam mas, saya senantiasa teringat semuanya masa lalu yang sempat kita lakoni, namun cuma untuk hari ini saja saya mohon kepadamu mas, sirami saya dengan cintamu mas, menghilangkan sesaat haus cinta serta rinduku mas, hari ini saya milikmu mas”, Yati perlahan-lahan buka baju yang kupakai, kancing bajuku lepas serta kupandangi Yati dengan penuh rasa cinta, diusapnya dadaku. “Kamu terlihat lebih seksi saat ini, mas”. Perlahan-lahan juga kubuka baju kuning-nya, bahu itu masih tetap begitu mulus serta tahi lalat kecil di atas payudaranya masih tetap tampak seperti dahulu, badan putihnya perlahan-lahan kuusap, BH krem yang dipakainya terlihat demikian kecil untuk menahan payudara montok-nya, sembulan payudaranya yang demikian menghidupkan gairah. “Kuakui anda saat ini terlihat lebih menarik serta lebih montok”. 


Kukecup bahunya perlahan-lahan serta kususuri leher putihnya serta kucium belakang telinganya, Yati terlihat demikian pasrah, sembari tangannya memeluk pinggangku. Tanpa ada terburu-buru, saya menginginkan memberi foreplay yang mengasyikkan baginya, sembari kucium bibirnya, tanganku meraba pantatnya serta kurasakan pantatnya yang lebih menantang serta pinggulnya terlihat sekel serta diisi, rok yang dipakainya perlahan-lahan kubuka, sampai Yati cuma tersisa menggunakan sepasang BH serta celana dalam seksi yang cuma menutupi gundukan vaginanya. 


Perlahan-lahan kembali kujilati bahu serta belakang telinganya, menyusur ke bawah sembari perlahan-lahan kubuka pengait BH yang dipakainya, nampaknya payudaranya yang semakin besar dibanding dahulu namun masih tetap terlihat kencang serta tegak, mungkin saja karna fitness serta senam yang dikerjakannya. 


Tanpa ada kuremas terlebih dulu, kujilati seputar payudara montok-nya perlahan-lahan dengan sapuan lidahku, dari tepi sampai masuk ke ruang tengahnya, sebelumnya menjilati putingnya, kupindahkan sapuan lidahku ke payudara sampingnya, kulihat Yati merem melek serta mendesis nikmati jilatanku.


Sambil kujilati putingnya yang sudah tegak, tanganku yang satunya meremas dan membelai payudaranya yang terasa kenyal, hangat dan mengencang, Yati kelihatan makin tak bertenaga, matanya meredup dan bola matanya nanar dan kelihatan berair.


Sambil kujilati pentil dan kuremas payudaranya, kuturunkan celana dalam Yati dan kemudian pinggulnya kupeluk dan kugendong Yati, pinggul montoknya kuangkat dan kupeluk pantatnya serta kubaringkan ke atas ranjang.


Tubuh Yati yang montok itu kuciumi lembut, mulai dari bahu turun ke payudara agak lama, kuhisap pentil yang sudah mengeras dan kuteruskan ke perut, pinggul dan kuputar serta kujilati pantatnya yang putih, mulus dan sangat sekel itu. Sedikit kusibakkan jembut hitamnya dan kubuka pelan bibir vaginanya, rupanya sudah sangat basah sekali, pelan kusibakkan jembutnya dengan bibirku dan lidahku mulai menjelajah bukit venusnya, kelentitnya kujilat pelan dengan ujung lidahku. Foreplay di titik ini kulakukan agak lama hingga pinggul dan pantat Yati bergerak-gerak hot sekali.


Aku tiduran di sampingnya, sementara bibirku mencium bibirnya, kulumat habis dan kusedot bibirnya dengan pelan tapi mantap, Yatipun membalas ciumanku dengan ganas. Tanganku meraba dan meremas kedua payudara montoknya dan selanjutnya kusedot pentilnya yang masih mengeras, sementara tanganku bergerilya ke arah vaginanya dan kuraba kelentitnya dengan ujung jari telunjukku.


Mulutku masih bergerilya dengan lidah menjelajah bukit kembarnya dan menyedot pentilnya, sementara ujung telunjukku memutar perlahan membentuk lingkaran kecil mengelilingi kelentitnya. Yati menggelepar dan mengangkangkan pahanya lebar-lebar hingga vaginanya terkuak lebar, kepalanya menengadah keatas, tangannya ada disamping kepala dan meremas sprei tempat tidur, tiba-tiba kurasakan pahanya bergetar hebat dan sambil terpejam mulutnya mendesis.


“Hhhss.. maas enak sekali, rasanya mau pipis Mas.. ohh, Mass, Mass.. Mass..”Ada sekitar tiga menitan Yati menggelepar dengan hot dan berteriak merasakan kenikmatan pertamanya, hingga akhirnya terdiam dan mencium bibirku“Mas, kurasakan dari awal, sentuhanmu begitu lembut dan jantan, setiap jengkal pori-poriku merasakan kenikmatan yang tiada tara, kamu sekarang lebih pandai dan jantan sayangku”, katanya sambil mengusap rambut dan dadaku.“Sekarang giliranmu Mas, aku akan memberikan kenikmatan buatmu sayang”, kata Yati sambil bangun dari tidurnya.


“Oh, aku sudah merasakan orgasme, tapi kamu masih pakai celana, kamu jahat ya..”, Kata Yati sambil menarik ke bawah celana dalamku yang tak muat menutupi kontolku yang sudah berdiri kaku dari tadi.“Mas, perasaan kontolmu sekarang lebih besar ya dulu aku masih ingat sepertinya etidak segede ini, katanya sambil membelai dan menarik kontolku yang sudah mengeras dan kaku”.“Sekarang kamu duduk bersender di sini Mas”, kata Yati sambil memasang bantal untuk senderan punggungku, aku duduk dengan membuka pahaku lebar-lebar, sementara kontolku sudah berdiri tegak dan kokoh seperti tugu monas. Memang kuakui kontolku agak lebih besar dibandingkan dulu, sembilan tahun yang lalu, banyak yang kulakukan untuk menguatkan otot-otot kemaluanku dan kekerasannyapun kurasakan lebih keras dibandingkan dulu.


Tangan lembut Yati mulai menggenggam lembut kontolku, jari-jemarinya kemudian menari mengikuti urat-urat yang menonjol sepanjang batang kemaluanku, tiba-tiba pangkal kemaluanku ditekan dengan ibujarinya dan kurasakan darah mendesir di batang kontolku, serr.. serr.. serr rasanya nikmat sekali, baru kali ini kurasakan pijatan wanita yang sangat nikmat.


Dengan posisi didepanku, Yati mulai menjulurkan lidahnya mengikuti batang kontolku yang masih tegak menantang dan kemudian dihisapnya helm kepala kemaluanku yang merah mengkilat, perpaduan antara hisapan dan jilatan benar-benar merangsang dan memberian sensasi kenikmatan yang luar biasa.


Sementara tanganku tak tinggal diam, kuremas dan kuraba payudara montoknya, sesekali remasanku agak keras hingga tubuh Yati menggelinjang. Kenikmatan oral seks yang disuguhkan Yati benar-benar membuat darahku berdesir-desir, sedikit ngilu namun enak sekali, jilatan lidahnya masih menari-nari dengan lincah, dan yang paling sensasional adalah saat lidahnya menjilat antara pangkal kemaluanku dan anus, dimana ada gAris yang agak jelas, disitu titik yang sangat memberikan sensasi kenikmatan, dijilatinya sepanjang gAris penghubung itu dengan ujung lidahnya dan efeknya kemaluanku seperti melonjak-lonjak dan mengeras tegang sekali. Kuperkirakan sekitar lima belas menit aku merasakan kenikmatan seperti jika kita naik jetcoaster naik turun dan berdesir merasakan kenikmatan.


Yati kemudian terduduk dan pinggulnya kuangkat hingga posisinya duduk berhadapan denganku, dan kuposisikan kontolku yang sudah tegak berdiri keras sekali ke mulut vaginanya yang sudah membasah, dan akhirnya perlahan-lahanBless.., turun sedikit demi sedikit, seinchi demi seinchi batang kontolku ditelan memeknya yang legit, berlendir, hangat dan memcengkeram batang kontolku yang membesar, hingga akhirnya seluruh batangku tenggelam dalam remasan memek legitnya.


Yati mendiamkan sejenak batangku di memeknya, tiba-tiba kurasakan empot-empot dari memeknya mencengkeram batang kemaluanku, sungguh nikmat sekali, kurasakan darah mendesir di batang kemaluanku.“Mas, kontolmu enak sekali, kurasakan ada yang mengalir di batangmu, seperti air mengalir”, Kata Yati sambil duduk di atas batangku.Akhirnya Yati mulai menaikkan dan menurunkan pantatnya, hingga batangku seperti dilingkari gelang-gelang yang hangat dan mencengkeram batangku. Kadang perlahan, kadang cepat dan dilain waktu didiamkan diempot-empot memeknya. Ada kurang lebih duapuluh menit Yati naik dan bermain di atas kontolku, sementara tanganku meraba dan meremas payudaranya yang terasa makin keras dan kenyal sekali dengan putingnya yang mengeras.


Tiba-tiba, Yati bergerak naik turun sangat cepat sekali, batang kontolku seperti diremas-remas dan dibenamkannya hingga tenggelam habis seluruh batang kontolku dalam memeknya.“Ohh.. ohh.. ohh, Mmmaass akuu keluaar lagi sayaang”, Yati memelukku erat sekali, kepalanya menyender di bahuku dan kurasakan batangku seperti diremas-remas dengan keras sekali dan kurasakan ada kehangatan di dalam memeknya.


“Mas, kamu sungguh hebat sekali, dua kali aku merasakan orgasme yang nikmat sekali, aku mencintaimu sayang, aku sayang kamu Mas”, kata Yati sambil terkulai memelukku erat sekali, sementara aku belum merasakan tanda-tanda akan orgasme, dan kontolku masih tegak berdiri keras di dalam memek legitnya.


“Kamu capek ya?”, tanyaku.“Sekarang kamu dibawah ya, aku akan membawamu kembali ke puncak kenikmatan sayang”, kataku sambil mengangkat pantatnya dan menidurkan Yati diatas ranjang itu.Kubuka paha Yati, dan kelihatan bibir vaginanya kelihatan sedikit terkuak dan membengkak kemerahan setelah kumasuki dengan batang kemaluanku. Perlahan pahanya kubuka dan Yati mengangkangkan pahanya keatas hingga terlihat lubang memeknya menggunung menantang seperti serabi imut. Kuarahkan batangku ke arah memeknya dan kelihatannya batangku membelah bibir memeknya yang kelihatan sempit menjepit batang kontolku.


Bless.., perlahan kumasukkan batang kontolku, dengan vAriasi irama kadang masuk setengah, keluar, masuk penuh, keluar dan seterusnya mengikuti irama yang konstan sekitar sepuluh menitan lamanya. Tiba-tiba Yati menurunkan kangkangan pahanya ternyata dia menjepit pinggulku dengan kedua kakinya, seakan meminta kontolku untuk dimasukkan sedalam-dalamnya. Kurasakan kontolku berdenyut-denyut seperti akan memuntahkan sperma, kudorong dengan geRakan yang agak cepat, ada sekitar sepuluh sampai duabelas keluar masuk, tiba-tiba CROOT.. CROOT.. CROOT..


“Ooohh.. Mass.. akku.. keluuaar.. laggii..”, Yati berteriak keras sekali sambil meremas sprei dan menutup matanya.Aku mendaratkan tubuhku memeluk tubuh Yati yang terlentang dan kurasakan tetesan spermaku masih mengalir di dalam memeknya, sungguh kenikmatan rruarr biasa, bersamaan kita merasakan orgasme, aku baru yang pertama dan Yati sudah ketiga kalinya. Kulepaskan batangku dari dalam memeknya, kulihat banyak sekali cairan menempel di batangku, campuran antara spermaku dan cairan vaginanya.


Sambil berbaring, Yati menyenderkan kepala di dadaku, rambutnya kubelai perlahan, sambil kupeluk erat hangat tubuhnya, keringat di badan kami mulai membasahi sprei dan ranjang tempat tidur berantakan seperti kapal pecah.Kuambil jus alpukat di meja, kuminum setengahnya dan setengahnya kuberikan buat Yati, bibirnya kelihatan berkumis jus alpukat, sambil kupeluk, “kumis” jus alpukatnya kulumat habis dan Yati tersenyum memandangku.


“Mas, aku benar-benar makin kagum padamu, perpaduan antara kelembutan dan kejantanan yang kau berikan sungguh tak terbayangkan, emang bener kamu sekarang lebih matang di ranjang”, katanya sambil melap batangku yang basah.“Kamu juga hebat, memeknya masih legit dan jurus empot ayam yang kamu punya, sungguh istimewa sekali, belum lagi ilmu ‘karaoke’mu yang makin merdu saja he he he”, kataku sambil memencet hidung kecilnya.“Kita mandi yok?”, kata Yati sambil memeluk perutku.“OK, kita mandi bersama di bathtub seperti dulu”, ajakku sambil menggendong tubuh seksinya menuju kamar mandi hotel.


Siang menjelang sore itu, kami mandi bersama dalam bathtub. Kusabuni dan kumandikan tubuh mulusnya dan diapun menyabuni seluruh tubuhku dengan lembut. Aku sedikit terangsang, batangku kembali tegak berdiri dan dengan sabun tangannya mengocok batangku, hingga aku mengalami orgasme sekali lagi.


Selesai mandi, kami keringkan badan kami, hanya dengan balutan handuk kami masih melanjutkan obrolan kami hingga waktu sudah menunjukkan jam 15.30 sore. Setelah berpakaian, kuantarkan Yati dengan taksi sampai dekat rumahnya, sebelum turun dia mengecup bibirku dan berbisik perlahan, “Aku sayang kamu”. Diapun turun dan melambaikan tangan padaku, kubalas, dan taksipun kembali ke hotel. Sore itu juga aku berkemas dan menuju stasiun pulang ke Jakarta, hari yang indah telah kulalui..

Cerita Sex 5 Wanita Haus Seks akhirnya dia pun mengalami klimaks

Cerita Sex  5 Wanita Haus Seks akhirnya dia pun mengalami klimaks Hallo Nia..”“Iya Man pa kabar?”“Baik, kamu ada dimana?”“Aku lagi di tempat kost temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu..”, katanya“Ehmm.. di daerah mana?” tanyaku.“Daerah Radio Dalam, dateng ya sekarang”“Ok deh nanti kalau aku dah deket aku telpon ya” kataku“Ok aku tunggu ya, jangan lupa siapin diri, hehehe..”, katanya lagi“Lho, emang aku mau diapain?”, tanyaku penasaran“Mau diperkosa rame-rame siap nggak?”“Siapa takut..”, jawabku sekenanya

Cerita Sex  5 Wanita Haus Seks akhirnya dia pun mengalami klimaks

Lalu aku pun meluncur ke arah Radio Dalam dan sekitar 15 menit akupun sampai di tempat yang telah dijanjikan.“Hallo Nia, aku dah di depan nih..”, kataku“Ok aku keluar ya, sabar..”


Lalu munculah seorang gadis yang sangat seksi tingginya sekitar 175 dengan berat sekitar 55 kg, wowww.. buah dadanya lebih besar dari pada punya Nia. Lalu dia menghampiri mobilku dan mengetuknya.“Iya, ada apa?”, jawabku dengan mataku yang tak lepas dari buah dadanya yang montok itu.“Firman ya..”, kata dia.“Iya”, kataku.“Aku Melly temennya Nia yuk masuk yuk..”, katanya dengan senyum nakalnya.“Oh.. yuk”, jawabku agak sedikit tergagap.


Wah, bakal ada pesta besar nih pikirku dalam hati. Sesampai dikamarnya aku disambut dengan pelukan dan ciuman oleh Nia dan aku diperkenalkan kepada 3 temennya yang lain yang satu bernama Dita, Ayu dan Kiki. Dan harus kuakui mereka bertiga tidak kalah menggiurkannya dengan si Melly.


Tiba-tiba Nia membuka omongan yang bagiku sifatnya hanya basa-basi dan kemudian diteruskan oleh teman-temannya dan lama-kelamaan omongan kami berlanjut ke arah selangkangan. Dan tiba-tiba dari arah belakang ada yang memelukku saat aku akan menengok, dengan cepatnya Melly mencium bibirku dengan liarnya, maka akupun tak kalah bernafsunya aku balas dengan liarnya pula.


Dan ternyata yang memelukku dari belakang adalah Nia dia terus menciumi leherku dan terus turun ke bawah mencoba membuka bajuku sementara aku masih saja berciuman dengan Melly. Ketika bajuku dilepaskan oleh Nia tiba-tiba ada tangan yang membuka celanaku termasuk celana dalamku maka langsung saja adekku yang telah tegang sedari tadi keluar dari sarangnya. Dan seketika itu juga “Adekku” langsung dilahap dengan liarnya setelah aku lihat ternyata Dita dengan ganasnya sedang mengulum kemaluanku.


Saat aku sedang diserang oleh tiga wanita ini aku sempat mencari kemana Ayu dan Kiki ternyata mereka ada di sofa dekat situ dan keduanya sudah telanjang bulat dan aku lihat Kiki sedang menjilati vagina Ayu dan Ayu pun mendesah-desah dan meliuk-liukan badannya diatas sofa tersebut sementara aku sendiri sedang kewalahan menangani seranga dari tiga wanita ini, maka aku tidak memperhatikannya.


Langsung saja aku buka baju Melly yang terdekat dengan aku dan ketika Melly sedang membuka seluruh bajunya aku tarik Dita keatas dan kami pun berciuman sementara itu Nia menggantikan posisi Dita mengulum kemaluanku. Begitu pula dengan Dita aku buka bajunya dan posisinya digantikan oleh Nia sedangkan posisi Nia digantikan oleh Melly, wow.. ternyata kuluman Melly lebih enak dari pada Nia dan Dita sampai akhirnya aku merebahkan diri di ranjang yang berada disitu.


Nia setelah melepas bajunya langsung saja memgang kemaluanku dan diarahkannya ke liang vaginannya yang ternyata sudah basah sedari tadi setelah pas maka diturunkan pantatnya perlahan-lahan hingga akhirnya..Bless.., “Aah..”, desah Nia.Sementara Nia sedang asiknya menaik turnkan pantatnya diatasku, maka aku tarik Melly keatasku dan aku menjilati vaginanya.“Ahh.. enak Man terus Man ohh..” desah Melly.“Ahh.. ohh.sst” desah Nia yang bersahut-sahutan dengan Melly dan Ayu.“Ohh.. yess lick my pussy Man ohh yess sst” racau Melly ketika klitorisnya aku hisap-hisap.


Sementara itu aku tarik pula si Dita dan aku masukan jari tengahku ke liang vaginanya sehingga membuat Dita meracau dan meliuk-liukan badannya.“Ohh yes Man enak Man dalem lagi Man ohh..” racau Dita.Sementara setelah berada dalam posisi seperti selama kurang lebih 15 menit akhirnya Nia menggenjotnya semakin cepat dan mengerang.“Ahh.. Man aku keluar Man ah..” desah Nia dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata tanpa aku sadari dibawahku sudah ada si Ayu yang dengan cepatnya langsung melumat kemaluanku maka aku pun menggeliat menahan nikmat hisapan Ayu dan Melly segera turun dari mulutku dan memasukan kemaluanku ke vaginanya dan langsung digoyangkannya naik turun dan kadang memutar, sementara Dita tidak mau kehilangan kesempatan maka dia menyodorkan vaginannya ke mulutku dan akupun menjilati dan mengihisap-hisap vaginanya.


Setelah 5 menit aku jilati vagina nya maka tubuh Dita mengejang dan dia berteriak, “Man ahh.. aku keluar Man.. ah..” sambil menekan vaginanya ke mulutku langsung saja aku menghisap vaginanya kuat-kuat dan aku merasakan mengalir deras cairan dari vaginanya yang langsung aku sedot dan aku telan habis.


Setelah Dita merebahkan diri di sampingku ternyata Kki juga tidakmau ketinggalan dia menaiki aku dan kembali aku disodorkan vagina ke 3 siang ini yang langsung aku lumat habis baru aku memulai menjilati vagina Kiki Melly yang masih bergoyang diatasku akhirnya mengerang kuat.“Man aku keluar Man ah.. sst ahh..” racaunya.Terasa sekali cairanya mengalir deras mambahasi kemaluanku dan seketika itu pula ubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata Kiki sudah tidak tahan dan langsung menurunkan tubuhnya ke bawah dan memasukan penisku ke vaginanya dan..“Ahh.. sst ahh.. Man mentok Man.. ah..” desahnya.Sedangkan Ayu yang sedari tadi hanya melihat sambil masturbasi sendiri aku tarik keatasku dan aku jilat dan hisap vaginannya“Ohh yess ohh lick it honey oh..” desah Ayu.Setelah 10 menit Kiki diatasku dan menggoyangkan pinggulnya akhirnya dia pun mengalami klimaks.


Sementara aku sendiri yang sedari tadi belum keluar karena tidak konsentrasi maka setelah Kiki rebah di sampingku maka aku membalikan badan hingga Ayu berada di bawahku dan perlahan-lahan aku masukan penisku ke vaginanya terasa sangat sempit, ketika kepala penisku mulai menyeruak masuk hingga Ayu berteriak.“Ahh.. pelan-pelan Man sakit”Maka perlahan-lahan aku masukan lagi setelah setengahnya masuk aku diamkan sebentar agar vagina Ayu terbiasa karena aku melihat Ayu mengerenyitkan dahinya menahan sakit setelah Ayu tenag maka aku sorong pantatku dan akhirnya seluruh penisku berada dalam vagina Ayu“Ahh Man sakit ah..” desah Ayu.


Dan perlahan-lahan Ayu mulai menggoyangkan pinggulnya maka aku pun menggenjot pantatku keluar masuk. Terasa semppit sekali vagina Ayu dan ketika aku melirik kebawah aku melihat ada teesan darah keluar dari vaginanya yang akhirnya baru aku ketahui bahwa memang Ayu yang termuda diantara semuanya dia baru masuk SMU kelas 1 dan hanya dia yang masih perawan.“Ahh.. sst.. terus Man enak Man oh.. dalam lagi Man..” racau Ayu.Maka aku menarik Ayu kepinggiran tempat tidur dengan posisi kakinya berada di bahu aku sementara aku berdiri memang Ayu tidak kelihatan seperti anak baru masuk SMU dengan tingginya sekitar 170 dan buah dadanya berukuran 36 B.


Setelah 10 menit aku menggenjot Ayu akhirnya dia pun mengerang.“Man aku keluar Man ohh.. Man..”Namun aku tidak perduli aku terus menggenjot Ayu karena aku sendiri mengejar klimaks ku, setelah itu aku balikan tubuh Ayu sambil terus menggenjotnya hingga akhirnya Ayu berada dalam posisi menungging dan aku terus menggenjotnya dari belakang sambil meremas buah dadanya 36Bnya yang mengayun-ayun.


Ketika aku sedang menggenjot dari arah bawah belakang aku merasakan ada yang menjilati buah pelirku dan ternya Melly sudah bangun lagi sehingga setelah 10 menit aku menggenjot Ayu dari belakang dia pun mengalami orgasme kembali.“Ahh Man aku keluar lagi Man ah..” dan seketika itu tubuhnya benar-benar melemas melihat kondisinya yang seperti itu maka aku tidak tega dan langsung aku tarik Melly untuk mengangkang dan aku tusukan penisku ke vaginanya dan Melly dengan posisi dibawah mendesah-desah seperti orang yang kepedasan.“Ahh.. Man terus Man.. esst enak Man terus Man oh..” racaunya.“Enak Mel, aah.. esst ahh”, racauku tidak karuan karena merasakan sedotan-sedotan di vagina Melly yang kata orang-orang ’empot ayam’.Maka dengan semangatnya aku menggenjot Melly dan setelah 10 menit Melly berkata, “Man aku mau keluar Man.. Man ahh”“Ntar Mell gue juga mau keluar barengan ya ahh” kataku.Akhirnya, “Man gue nggak kuat Man ah..”, ser.. ser.. ser.., terasa deras sekali semprotan Melly.“Ahh gue juga Mell ah..”, crot.. crot.. crott.., akhirnya akupun orgasme bersamaan.


Akhirnya Kamipun ketiduran dengan posisi aku diatas Melly. Kira-kira aku tertidur 15 menit tiba-tiba aku merasakan penisku dijilat-jilat dan dihisap-hiasap setelah aku membuka mataku ternyata Dita sedang mengulum penisku.Maka seketika itu juga aku langsung meracau, “Ah.. ohh.. enak Dit terus Dit”Tapi Dita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada dia langsung naik keatas tubuhku dan memasukkan penisku ke liang vagiannya, memang dari ‘peperangan’ tadi hanya Dita yang belum merasakan penisku maka ketika yang lain lain sedang tidur Dita memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya.


Terus dia menggoyangkan pinggulnya.“Ahh.. esst enak Man ah..”Aku pun merasakan keenakan dengan goyangan Dita karena goyangannya benar-benar seperti penari ular dia memutar-mutarkan pantatnya diatas penisku. Lama dia melakukan itu hingga akhirnya kami keluar bersamaan.“Ahh Man enak Man ayo Man keluarin barengan ohh..”Akhirnya, “Dit aku mau keluar ahh ohh crot.. crot..”Kami pun lemas dan Dita menciumku bibirku mesra “Makasih ya Man, enak lho bener yang Nia bilang” katanya.“Emang Nia bilang apa?” tanyaku penasaran.“Kontolku kamu enak, kamu bisa bikin ceweq ketagihan nanti lagi ya” katanya.Aku hanya tersenyum dan memeluk dia.


Akhirnya aku pun menginap disitu dan kami ber-enampun melakukannya berulang kali. Kadang aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina Melly, Ayu ataupun yang lainnya secara bergantian. Hingga sekarang pun kami masih sering melakukan kadang satu lawan satu, kadang three some, ataupun langsung berenam lagi.

Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris


Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris Saya serta istriku, Risnawati yang umum kupanggil dengan Ris, telah menikah kurang lebih 4 th.. Istriku sekarang ini berprofesi jadi ibu rumah-tangga, walau pernah kuliah di satu perguruan tinggi negeri. Sedikit deskripsi fisik mengenai istriku, Ris pada sekarang ini berusia 29 th., berkulit putih, memiliki rambut ikal sepunggung, dengan payudara yang cukup besar (34B) berupa bagus sekal, tinggi 155 cm, berat 50 kg, dengan perut rata serta pinggang kecil tetapi sintal. Pinggulnya cocok dengan bentuk tubuhnya serta ke-2 bongkahan pantatnya sekali. Pada umumnya, dia cukup seksi. 

Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris

Sudah lama kami memiliki fantasi untuk lakukan kegiatan sex three some. Umumnya, sebelumnya lakukan Making Love, kami memulainya dengan sama-sama bercerita fantasinya semasing. Fantasi yang paling merangsang untuk kami berdua, yaitu memikirkan Ris lakukan hubungan sex dengan lelaki beda dengan kehadiranku. Sebatas info, Ris memanglah memiliki gairah sex yang begitu tinggi, sesaat di bagian beda, saya umumnya hanya mampu ejakulasi 1x. Sesudah ejakulasi, walau sekitaran satu jam lalu penisku dapat ereksi sekali lagi, biasanya saya terasa capek serta tidak bergairah, mungkin saja karena beban pekerjaan yang cukup berat. Karena itu, umumnya saat dia minta supaya dapat menjangkau orgasme selanjutnya, paling banter saya mengerjakannya dengan tangan, atau membantunya bermasturbasi dengan dildo. Walau bagaimanapun sampai kini dia dapat terasa senang lewat cara tsb. 


Sesudah demikian lama memiliki fantasi tsb, satu hari saya bertanya apakah ia ingin mewujudkan fantasi tsb. Awal mulanya ia hanya tersenyum serta menduga saya hanya bercanda. Tetapi sesudah saya desak, ia balik ajukan pertanyaan apakah saya serius. Saya jawab, ya saya serius. Selalu dia bertanya sekali lagi apakah kelak saya masih tetap juga akan tetaplah sayang sama dia, saya jawab ya, saya juga akan tetaplah menyayanginya sepenuh hati, sama dengan saat ini. Lantas saya berikan, kalau motivasi paling utama saya yaitu untuk membuatnya bahagia serta menjangkau kenikmatan setinggi-tingginya. Lihat berwajah saat menjangkau orgasme, terkecuali begitu merangsang juga memberi kenikmatan sendiri bagiku. 


Pada akhirnya dia jawab dia ingin mengerjakannya bila moodnya mengijinkan. Lalu saya serta Ris mendiskusikan kurang lebih dengan siapa kami mengerjakannya, pada akhirnya pilihan datang pada seseorang rekan dekatku, namanya Vence umum kupanggil dengan Ven, yang sudah lama kami kenal, tetapi tidak sering berjumpa karna tinggal di kota beda. Mulai sejak itu seringkali fantasi kami melibatkan hadirnya Ven. Umur Ven 33 th., sama denganku, walau sekian badannya lebih tinggi lebih kurang 175 cm serta besar dan tegap, maklum dia yaitu keturunan kombinasi Eropa-Indonesia. 


Pada akhirnya sesudah sebagian bulan berlalu, saya menghubungi Ven dari kantorku. Sesudah berbasa-basi sebentar, lantas saya mulai bercerita mengenai fantasi-fantasi kami. Jadi teman dekat lama, kami punya kebiasaan bicara terbuka, termasuk juga problem sex. Ven terlihat ketertarikan mendengar ceritaku serta dia menyebutkan kesanggupannya. Mengingat aktivitas bisnisnya, dia berencana untuk datang ke kotaku sekitaran 2-3 minggu sekali lagi. Tidak lupa saya tegaskan, kalau semuanya gagasan ini seutuhnya tergantung pada kesediaan istriku. Berarti bila pada bebrapa waktu paling akhir Ris beralih fikiran, jadi sekalipun tidak bisa ada satu pihakpun yang memaksakan kehendaknya. Saya katakan juga, dia tidak bisa berlaku kasar pada Ris, sebab kenikmatan Ris yaitu segala-galanya. Ven sepakat serta bisa menyadarinya. 


Pada akhirnya saat yang yang dinanti tiba, baik Ris ataupun saya cukup gugup hadapi apa yang sudah kita rencanakan. Tetapi saya memberikan keyakinan Ris kalau dia bisa beralih fikiran kapanpun. Sekitaran jam 6 sore Ven datang, ketika itu saya masih tetap ada di kantor, Ris menyampaikan kabar kehadirannya lewat telepon. Jam 7 saya tiba dirumah, terlihat Ven sudah mandi serta ganti baju serta tengah melihat TV. Disamping itu Ris tengah ada di kamar mandi. Sesudah bercakap sebentar, lalu saya masuk ke kamar untuk menaruh tas serta ganti baju. Ketika berbarengan Ris baru keluar dari kamar mandi (kamar mandi terdapat didalam ruangan tidur kami) dengan cuma menggunakan handuk. Dia terlihat begitu cantik malam itu. Sesaat saya ganti baju, Ris kenakan daster pendek berwarna merah. Ris terlihat cantik dengan daster itu, panjang daster tsb cuma hingga ke pertengahan paha, terlihat kontras dengan pahanya yang berwarna putih mulus. Sesaat Ris masih tetap menyisir rambut serta menggunakan minyak wangi, saya keluar menjumpai Ven. 


Sesudah sebagian waktu kami mengobrol, menceritakan mengenai kondisi semasing. Ris lalu keluar kamar. Ven nyaris tidak berkedip memandang Ris yang betul-betul tampak seksi malam itu. Singkat narasi, sesudah usai makan malam kami keduanya sama duduk di karpet, melihat acara TV yang waktu itu tengah berjalan. Tempatnya Ven, lalu Ris di dalam menyender di dadaku. Selalu jelas situasi waktu itu agak canggung serta kami betul-betul tidak paham langkah untuk mulai semuanya gagasan yang sudah disusun. 


Pada akhirnya saya ambil gagasan dengan mulai menyentuh serta melingkarkan tangan di dada Ris serta menyentuh payudaranya dari luar daster. Memperoleh aksi sekian Ris mulai terangsang serta nafasnya mulai tidak teratur. Selekasnya kemudian, saya lumat bibirnya serta tangan saya mulai menyelinap ke balik dasternya. Nyatanya waktu itu Ris telah tidak menggunakan BH. Ris betul-betul terangsang saat ini. Ketika itu tangan Ven mulai mengelus-elus paha Ris yang sudah terbuka, karna daster mininya sudah terangkat ke atas. Kaki Ris yang semula tertekuk ditarik, hingga saat ini Ris ada dalam tempat duduk sembari bertumpu padaku dengan ke-2 pahanya yang agak terbuka serta kaki melonjor ke depan. Tangan Ven mulai bergerilya di bagian paha atas Ris. 


Lalu Ven menarik tangan Ris serta menempatkannya diatas pangkuan Ven. Dengan reflek, dalam kondisi terangsang, Ris mengusap-usap kemaluan Ven yang sudah tegang dari luar celananya. Sisi bawah celana Ven tampak menggembung besar. Saya mengira-ngira begitu besar kemaluan Ven ini. Sesaat bibirku mulai menyusur leher serta belakang telinganya (sisi yang paling peka baginya). Kemudian saya berbisik di telinga Ris, berikut waktu untuk mewujudkan fantasi kita. Lantas saya melepas pelukanku untuk berikan peluang pada Ven untuk beraksi. 


Saat ini Ven mulai menggantikan permainan setelah itu. Ditariknya Ris ke pelukannya serta tangannya yang satu segera mendekap payudara Ris yang samping kanan, sedang tangannya yang satu mengelus-elus punggung Ris sembari mulutnya melumat bibir Ris dengan gemas. Tangan Ven yang ada di payudara Ris disisipkan pada belahan daster Ris yang terbuka serta mulai memelintir dengan halus ujung putingnya yang sudah mengeras. Lalu Ven menarik tangan Ris ke arah resluiting celana Ven yang sudah terbuka serta menyelinapkan tangannya memegang kemaluan Ven yang sudah tegang itu. Terlihat Ris agak tersentak saat tergenggam senjata Ven yang nampaknya besar itu. 

Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Ris membuka celana Ven sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Aku sangat terkejut melihat kemaluan Ven yang sangat besar dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu hanya ada di film-film BF barat saja. Batang penisnya berdiameter 7 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya berbentuk topi baja yang sangat besar, panjangnya mungkin lebih dari 20 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut pirang yang lebat.


Setelah keluar dari celananya kelihatan seram, jauh lebih panjang dan besar dari punyaku. Sesaat Ris menoleh ke arahku, dari sinar matanya yang agak panik, tampak dia agak ketakutan dan tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Ven yang telah bersedia memenuhi keinginan kami itu.


Kemudian aku mengangguk sambil tersenyum memberi semangat pada Ris. Mendapatkan persetujuanku dan dorongan semangat itu, Ris kemudian dengan kedua tangannya memegang penis Ven dan mulutnya mendekat ke kemaluan Ven. Ris mulai menjilati kepala penis Ven yang besar itu. Kemudian setelah cukup basah oleh air ludahnya, perlahan Ris mulai memasukkan penis Ven ke dalam mulutnya. Terlihat sangat susah bagi Ris untuk bisa memasukkan penis yang besar itu ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya harus dibuka lebar-lebar untuk bisa menampung penis Ven yang dahsyat itu. Ven tampak sangat menikmati isapan Ris itu.


Kira-kira sepuluh menit Ris mengulum kemaluan Ven, kemudian Ven menarik kepala Ris dan mendekatkan ke mukanya dan kemudian melumat bibir Ris. Ris balas melumat bibir Ven dengan ganasnya, sementara tangan Ven merambah ke payudara Ris dan mulai membuka daster Ris. Setelah daster terlepas, sambil tetap berciuman, tangan Ven mulai menyusup ke balik celana dalam Ris yang berwarna cream sambil memainkan clitoris Ris. Tangan Ris sendiri tidak tinggal diam, ia terus mengelus kemaluan Ven yang semakin menegang.


Kemudian Ven menggendong Ris dan membawanya ke kamar tidur tamu. Terlihat Ris sangat kecil dalam gendongannya, dibandingkan badan Ven yang besar itu. Secara perlahan kemudian Ven meletakkan Ris di ranjang dan membuka celana dalam Ris. Hingga kini Ris telah telanjang bulat. Tampak kulitnya yang putih dan vaginanya yang tanpa rambut (Ris biasa mencukur bulu vaginanya secara teratur) merekah dan tampak basah. Kemudian Ven perlahan-lahan mengarahkan bibirnya ke leher Ris, kemudian turun ke dadanya dan mulai melumat puting payudara Ris bergantian.


Sementara itu aku terus memperhatikan dari pintu kamar dengan menahan birahi yang sangat memuncak. Setelah puas bermain-main di payudara Ris, Ven kemudian mulai menciumi pusar Ris sampai akhirnya mulai menjilati lubang vagina Ris yang semakin basah. Setelah berlangsung kira-kira 30 menit, tampak Ris mulai mendekati orgasme, mengetahui demikian, Ven kemudian mulai mengarahkan penisnya ke vagina Ris yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Ven menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Ris. Badan Ris menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Ven pada vaginanya.


Perlahan-lahan Ven mulai memasukkan penisnya ke vagina Ris. Ris berusaha membantu dengan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vagina Ris yang kecil. Tangan Ven yang satu memegang pinggul Ris sambil menariknya ke atas, sehingga pantat Ris agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Ris.Sementara Ven sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam memek Ris, badan Ris terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya terdengar suara, “aahh…, aahh…, ssshh…, ssshh”, seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Ven mulai menekan penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Ris, “Aduuhh…, sakiiitt…, Veenn…, pelan-pelan…, doong”. Ven agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Ris mengambil nafas, kemudian Ven melanjutkan kembali usahanya untuk menaklukkan vagina Ris. Aku agak kasihan juga melihat keadaan itu, disamping itu melihat badan Ris yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, membuatku terangsang dengan hebat. Ven dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Ris.


Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Ven masuk ke dalam vagina Ris. Ven kemudian menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Ris mengimbangi dengan mengerakkan pantatnya. Tidak lama kemudian, Ris mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan, “Aku sampaai Veeenn…, peluk aku kuat-kuat”. Bersamaan dengan itu, kakinya melingkar di pinggang Ven dan mengunci dengan erat. Sementara Ven hampir tidak bisa bergerak dan hanya menekankan kemaluannya ke dalam vagina Ris sekuat mungkin. Tak lama, Ris mulai tampak rileks dan melonggarkan kakinya yang melingkar di pinggang Ven.


Sementara Ven kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya secara perlahan-lahan dan Ris hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tidak lama, tampaknya birahi Ris mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme.


Tidak lama kemudian, Ven mencabut penisnya dari vagina Ris dan meminta Ris untuk menungging. Kemudian Ven memasukkan kemaluannya ke vagina Ris dari belakang. Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, kemudian aku mendekat, membuka celana, dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Ris. Dengan sangat bernafsu, Ris mengulum penisku sementara Ven tampak menggerakan pinggulnya semakin cepat. Tidak lama kemudian tampaknya Ven hampir mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat. Ris mengimbangi gerakan Ven dan melepaskan penisku dari mulutnya, sambil mengeluarkan erangan Ris berkata, “Ayo Ven gerakkan yang cepat…, ah…, uh”. Setelah itu Ven ejakulasi dan menekankan pantatnya rapat-rapat sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Ris. Dan pada saat hampir bersamaan Ris pun kembali mencapai orgasme. Tak lama Ven mencabut penisnya dan tidur telentang di samping Ris.


Aku kemudian duduk di kursi sofa yang ada di ruang tidur itu dan menarik Ris. Perlahan Ris jongkok di atasku dan mulai menurunkan vaginanya yang tampak membengkak ke arah kemaluanku (mungkin akibat barang Ven yang sangat besar itu). Dengan mudah penisku masuk ke dalam vagina Ris, maklum setelah cukup lama barang Ven yang besar itu keluar masuk, membuat vagina Ris agak melar. Walau demikian, aku tidak bisa menahan ejakulasi terlalu lama, mungkin akibat pengaruh situasi, tidak lama penisku memuntahkan cairan sperma di dalam vagina Ris, sampai meluber keluar.


Tampak Ven terbaring dengan lesu di ranjang dan aku di sofa. Tampaknya energi kami benar-benar terkuras. Sementara Ris kemudian pergi ke kamar mandi, untuk pipis dan membersihkan sisa-sisa spermaku di vaginanya. Kira-kira setengah jam kami beristirahat, Ris berinisiatif mengulum kemaluan Ven yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Tidak lama, kemaluan Ven mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Ris kemudian mengangkangkan kakinya di atas Ven yang telentang tidur dan menghadapkan wajahnya ke arah penis Ven. Ven kemudian menjilati vagina Ris sampai ke lubang anusnya, dan Ris sendiri sibuk mengulum dan menghisap penis Ven. Melihat pemandangan ini, kemaluanku pun mulai menegang kembali.


Tak lama Ris bangun dan duduk di atas Ven, kemudian Ris memasukkan penis Ven ke vaginanya dengan posisi Ris di atas. Ris menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Ven dengan erat. Ketika Ris menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Ven. Sungguh pemandangan yang sangat mengairahkan. Makin lama gerakan Ris makin cepat dan tak lama Ris tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Ven masuk seluruhnya. Setelah itu Ris menarik pantatnya dan jongkok di tepi ranjang sambil mengulum kemaluan Ven. Sementara vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku memasukkan penisku ke vagina Ris dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Ven keluar masuk.


Kira-kira sepuluh menit kemudian, Ris kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu Ris mengelap sisa air maniku yang tertinggal di mulut vaginanya dengan handuk kecil, Ris kemudian berbaring di ranjang dan Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris.


Setelah hampir satu jam, dan Ris telah mencapai dua kali orgasme lagi, barulah Ven pun mencapai orgasmenya, namun kali ini Ven mengeluarkan penisnya dari vagina Ris, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perut Ris. Sambil tersenyum Ris membalurkan sperma tsb ke seluruh dada dan perutnya, untuk menikmati kehangatannya. Setelah itu Ris kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Sementara Ven tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ven kemudian mencium bibir Ris, istriku dan memeluknya. Ris berkata bahwa ia sangat menikmati malam itu dan tersenyum manis kepadaku. Kemudian mereka berdua tertidur di ranjang dengan tubuh telanjang, sementara aku tertidur kelelahan di atas sofa.

Cerita Sex janda Kembang 3 In One nikmat banget rasanya Ada gurihnya


Cerita Sex janda Kembang 3 In One nikmat banget rasanya Ada gurihnya Waktu kuliah saya miliki teman dekat karib bernama Yenny. Meskipun belum juga pasti sekali satu tahun bersua namun sejak keduanya sama kami berkeluarga sampai anak-anak tumbuh dewasa, hubungan persahabatan kami tetaplah berlanjut. Paling tidak tiap-tiap bulan kami sama-sama bertelpon. Ada saja problem untuk diomongkan. Satu pagi Yenny telepon kalau dia baru pulang dari Magelang, kota kelahirannya. Dia katakan ada oleh-oleh kecil buat aku. 


Bila saya tidak keluar tempat tinggal, Idang anaknya, juga akan mengantarkannya kerumahku. Ah, repotnya sahabatku, sekian fikirku. Saya sambut senang atas kebaikan hatinya, saya memanglah tidak sering keluar tempat tinggal serta saya menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Ah, rezeki ada saja, Yenny tentu membawakan getuk, makanan tradisionil dari Magelang kesukaanku. Saya akan tidak keluar tempat tinggal untuk menanti si Idang, yang seingatku telah lebih dari 10 th. saya tidak bersua dengannya. 


Mendekati tengah hari satu jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak tanggung turun dari jeep itu. Mungkin saja si Idang datang dengan rekannya. Ah, jangkung bener anak Yenny. Saya buka pintu. Dengan satu bingkisan si Idang naik ke teras rumah 


“Selamat siang, Tante. Ini titipan ibu untuk Tante Erna. Kenalin ini Bonny rekan saya, Tante”. Idang menyerahkan kiriman dari mamanya serta memperkenalkan rekannya padaku. Saya sambut senang mereka. Oleh-oleh Yenny serta segera saya taruh di almari es-ku agar tidak basi. Saya kagum waktu lihat anak Yenny yang telah sekian gede serta jangkung itu. Dengan style baju serta rambutnya yang trendi benar-benar bagus anak sahabatku ini. Demikian juga si Donny rekannya, mereka berdua yaitu pemuda-pemuda masa saat ini yang begitu tampan serta simpatik. Ah, anak zaman saat ini, mungkin saja karna alur makannya telah maju perkembangan mereka jadi subur. Mereka saya ajak masuk ke tempat tinggal. Kubuatkan minuman buat mereka. 


Kuperhatikan mata si Donny agak nakal, dia pelototi bahuku, buah dadaku, leherku. Matanya ikuti apa pun yang tengah saya kerjakan, waktu saya jalan, waktu saya ngomong, waktu saya ambil suatu hal. Ah, maklum anak lelaki, bila saksikan wanita yang agak melek, agar telah tuaan jenis saya ini, tetaplah saja matanya melotot. Dia juga pinter ngomong lucu serta banyak nyerempet-nyerempet ke problem seksual. Serta si Idang sendiri suka dengan omongan serta kelakar rekannya. Dia juga sukai nimbrung, nambahin lucu sembari melempar senyuman manisnya. 


Kami jadi banyak tertawa serta cepat sama-sama akrab. Selalu jelas saya suka dengan mereka berdua. Serta mendadak saya terasa berlaku aneh, apakah ini karna perasaan perempuanku atau basic genitku yang tidak sempat hilang mulai sejak masih tetap gadis dahulu, sampai beberapa rekanku seringkali mengatakanku jadi wanita gatal. Serta saat ini perasaan genit jenis itu mendadak kembali ada. 


Mungkin saja hal semacam ini dikarenakan oleh tingkah si Donny yang seolah-olah memberi celah padaku untuk mengulangi beberapa momen masa muda. Peristiwa-peristiwa penuh birahi yang senantiasa mendebarkan jantung serta hatiku. Ah, basic wanita tua yang tidak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Namun gebu libidoku ini sekian cepat menyodok ke darahku serta lebih cepat sekali lagi ke wajahku yang segera merasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu. 


“Tante, janganlah ngelamun. Cicak jatuh karna ngelamun, lho”. Kami kembali terbahak mendengar kelakar Idang. Serta kulihat mata Donny selalu tunjukkan minatnya pada bebrapa sisi badanku yang masih tetap mulus ini. Serta saya tidaklah heran bila anak-anak muda jenis Donny serta Idang ini suka nikmati penampilanku. Meskipun usiaku yang masuk th. ke 42 saya tetaplah “fresh” serta “good looking”. Saya memanglah sukai menjaga badanku mulai sejak muda. Bisa disebut tidak ada kerutan tanda ketuaan pada bebrapa sisi badanku. Bila saya jalan sama Oke, suamiku, banyak yang menduga saya anaknya atau bahkan juga “piaraan”nya. Kurang asem, tuch orang. 


Serta suamiku sendiri begitu membanggakan kecantikkanku. Bila dia memiliki kesempatan untuk membahas istrinya, seolah-olah berikan iming-iming pada beberapa pendengarnya sampai saya tersipu meskipun dipenuhi rasa bangga dalam hatiku. Sebagian rekan suamiku terlihat seringkali tergoda untuk mengambil pandang padaku. Mendadak saya ada inspirasi untuk menahan ke-2 anak ini. 


“Hai, bagaimana bila kalian makan siang disini. Saya miliki resep masakan yang mudah, cepat serta enak. Sesaat saya masak anda dapat bercakap, baca tuch majalah atau gunakan tuch, computer si oom. Anda dapat main game, internet atau apa yang lain. Namun janganlah mencari yang ‘enggak-enggak’, ya.. ”, saya menawarkan makan siang pada mereka. 


Tanpa ada konsultasi dengan rekannya si Donny segera iya saja. Saya tahu mata Donny menginginkan nikmati sensual badanku lebih lama sekali lagi. Si Idang ngikut saja apa kata Donny. Sesaat mereka buka computer saya ke dapur menyiapkan masakanku. Saya tengah mengiris sayuran saat tahu-tahu Donny telah ada di belakangku. Dia menanyaiku, “Tante dahulu rekan kuliah mamanya Idang, ya. Kok kayanya jauh banget, sich? ”.



“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.“Iya, Tante pantesnya se-umur dengan teman-temanku”.“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Idang”, lanjutnya sambil melototi pahaku.“Tante hobbynya apa?”.“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.“Ooo, pantesan”.“Apa yang pantesan?”, sergapku.“Pantesan body Tante masih mulus banget”.Kurang  asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan  peluang melontarkan kata-kata “body Tante masih mulus banget” pada  tubuhku. Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini.  Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku  muncul terdongkrak. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak  maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan  punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-lelakian-nya.“Ah, mata kamu saja yang keranjang”, jawabku yang langsung membuatnya tergelak-gelak.“Papa kamu, ya, yang ngajarin?, lanjutku.“Ah, Tante, masak kaya gitu aja mesti diajarin”.Ah, cerdasnya anak ini, kembali aku merasa tergiring dan akhirnya terjebak oleh pertanyaanku sendiri.“Memangnya pinter dengan sendirinya?”, lanjutku yang kepingin terjebak lagi.“Iya, dong, Tante. Aku belum pernah dengar ada orang yang ngajari gitu-gitu-an”.Ah, kata-kata giringannya muncul lagi, dan dengan senang hati kugiringkan diriku.“Gitu-gituan gimana, sih, Don sayang?”, jawabku lebih progresif.“Hoo, bener sayang, nih?”, sigap Donny.“Habis kamu bawel, sih”, sergahku.“Sudah sana, temenin si Idang tuh, n’tar dia kesepian”, lanjutku.“Si Idang, mah, senengnya cuma nonton”, jawabnya.“Kalau kamu?”, sergahku kembali.“Kalau saya, action, Tante sayang”, balas sayangnya.“Ya, sudah, kalau mau action, tuh ulek bumbu tumis di cobek, biar  masakannya cepet mateng”, ujarku sambil memukulnya dengan manis.“Oo, beres, Tante sayang”, dia tak pernah mengendorkan serangannya padaku.Kemudian dia menghampiri cobekku yang sudah penuh dengan bumbu yang  siap di-ulek. Beberapa saat kemudian aku mendekat ke dia untuk melihat  hasil ulekannya.“Uh, baunya sedap banget, nih, Tante. Ini bau bumbu yang mirip Tante atau bau Tante yang mirip bumbu?”.


Kurang  asem, kreatif banget nih anak, sambil ketawa ngakak kucubit pinggangnya  keras-keras hingga dia aduh-aduhan. Seketika tangannya melepas  pengulekan dan menarik tanganku dari cubitan di pinggangnya itu. Saat  terlepas tangannya masih tetap menggenggam tanganku, dia melihat ke  mataku. Ah, pandangannya itu membuat aku gemetar. Akankah dia berani  berbuat lebih jauh? Akankah dia yakin bahwa aku juga merindukan  kesempatan macam ini? Akankah dia akan mengisi gejolak hausku?  Petualanganku? Nafsu birahiku?


Aku tidak memerlukan jawaban  terlampau lama. Bibir Donny sudah mendarat di bibirku. Kini kami sudah  berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling  berpeluk. Dan tanganku meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Dan  tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke blusku. Dan tangan-tangan  itu juga menerobosi BH-ku untuk kemudian meremasi payudaraku. Dan aku  mengeluarkan desahan nikmat yang tak terhingga. Nikmat kerinduan birahi  menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.


“Tante,  aku nafsu banget lihat body Tante. Aku pengin menciumi body Tante. Aku  pengin menjilati body Tante. Aku ingin menjilati nonok Tante. Aku ingin  ngentot Tante”. Ah, seronoknya mulutnya. Kata-kata seronok Donny  melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat.  Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan ada  jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget.


Kuputar-putar  pinggulku untuk merasakan tonjolannya lebih dalam lagi. Donny  mengerang.Dengan tidak sabaran dia angkat dan lepaskan blusku. Sementara  blus masih menutupi kepalaku bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia  lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat  di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda,  dia melepaskan gigitan dan kecupannya dari ketiak ke dadaku.


Dia  kuak BH-ku dan keluarkan buah dadaku yang masih nampak ranum. Dia  isep-isep bukit dan pentilnya dengan penuh nafsu. Suara-suara erangannya  terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu  tangannya mulai merambah ke pahaku, ke selangkanganku. Dia lepaskan  kancing-kancing kemudian dia perosotkan hotpants-ku. Aku tak mampu  mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang  sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan  menghanyutkan aku. Yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih  menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.


Begitu hotpants-ku  merosot ke kaki, Donny langsung setengah jongkok menciumi celana  dalamku. Dia kenyoti hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan nafsu  besarnya yang kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini  bibir dan lidahnya menyergap vagina, bibir dan kelentitku. Aku jadi  ikutan tidak sabar.“Donny, Tante udah gatal banget, nih”.“Copot dong celanamu, aku pengin menciumi kamu punya, kan”.Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut  celana dalamnya. kontolnya yang ngaceng berat langsung mengayun kaku  seakan mau nonjok aku. Kini aku ganti yang setengah jongkok, kukulum  kontolnya. Dengan sepenuh nafsuku aku jilati ujungnya yang sobek merekah  menampilkan lubang kencingnya. Aku merasakan precum asinnya saat Donny  menggerakkan pantatnya ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arah  kontolnya tepat ke lubang mulutku.“Tante, aku pengin ngentot  memek Tante sekarang”. Aku tidak tahu maunya, belum juga aku puas  mengulum kontolnya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja  dapur hingga nonokku terbuka. Kemudian dia tusukkannya kontolnya yang  lumayan gede itu ke memekku.


Aku menjerit  tertahan, sudah lebih dari 3 bulan Oke, suamiku nggak nyenggol-nyenggol  aku. Yang sibuklah, yang rapatlah, yang golflah. Terlampau banyak alasan  untuk memberikan waktunya padaku. Kini kegatalan kemaluanku terobati,  Kocokkan kontol Donny tanpa kenal henti dan semakin cepat. Anak muda ini  maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi spermanya pasti muncrat,  sementara aku masih belum sepenuhnya puas dengan entotannya.


Aku  harus menunda agar nafsu Donny lebih terarah. Aku cepat tarik  kemaluanku dari tusukkannya, aku berbalik sedikit nungging dengan  tanganku bertumpu pada tepian meja. Aku pengin dan mau Donny nembak  nonokku dari arah belakang. Ini adalah gaya favoritku. Biasanya aku akan  cepat orgasme saat dientot suamiku dengan cara ini. Donny tidak perlu  menunggu permintaanku yang kedua. kontolnya langsung di desakkan ke  mem*kku yang telah siap untuk melahap kontolnya itu.


Nah,  aku merasakan enaknya kontol Donny sekarang. Pompaannya juga lebih  mantab dengan pantatku yang terus mengimbangi dan menjemput setiap  tusukan kont*lnya. Ruang dapur jadi riuh rendah.


Selintas  terpikir olehku, di mana si Idang. Apakah dia masih berkutat dengan  komputernya? Atau dia sedang mengintip kami barangkali? Tiba-tiba dalam  ayunan kont*lnya yang sudah demikian keras dan berirama Donny berteriak.“Dang, Idang, ayoo, bantuin aku .., Dang..”.Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan  konspirasi untuk mengentotku saat ada kesempatan disuruh mamanya untuk  mengirimkan oleh-oleh itu. Kemudian kulihat Idang dengan tenangnya  muncul menuju ke dapur dan berkata ke Donny“Gue kebagian apanya Don?’“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.Duh, kata-kata seronok yang mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah aku  ini hanya obyek mereka. Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak  santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam  khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah aku ini anjing mereka  yang siap melayani apapun kehendak pemiliknya.


Aku  melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan  tenangnya Idang mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaku  dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa  hormat padaku yang adalah teman mamanya itu, untuk kemudian ditariknya  mendekat ke kontolnya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya.  kontol Idang nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar  diujung batangnya.


Saat bibirku disentuhkannya  aroma kontolnya menyergap hidungku yang langsung membuat aku kelimpungan  untuk selekasnya mencaplok kontol itu. Dengan penuh kegilaan aku  lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, batangnya, pangkalnya, biji  pelernya. Tangan Idang terus mengendalikan kepalaku mengikuti  keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa,  terkadang dia tarik keluar kontolnya menekankan batangnya atau pelirnya  agar aku menjilatinya.


Duh, aku mendapatkan  sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Sementara di  belakang sana si Donny terus menggenjotkan kontolnya keluar masuk  menembusi nonoknya sambil jari-jarinya mengutik-utik dan  disogok-sogokkannya ke lubang pantatku yang belum pernah aku mengalami  cara macam itu. Oke, suamiku adalah lelaki konvensional.


Saat dia  menggauliku dia lakukan secara konvensional saja. Sehingga saat aku  merasakan bagaimana perbuatan teman dan anak sahabatku ini aku merasakan  adanya sensasi baru yang benar-benar hebat melanda aku. Kini 3 lubang  erotis yang ada padaku semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Aku  benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk  menjemputi kontol dan jari-jari tangan Donny dan mengangguk-anggukkan  kepalaku untuk memompa kontol Idang.“Ah, Tante, mulut Tante sedap  banget, sih. Enak kan, kontolku. Enak, kan? Sama kontol Oom enak mana?  N’tar Tante pasti minta lagi, nih”.Dia percepat kendali tangannya  pada kepalaku. Ludahku sudah membusa keluar dai mulutku. kontol Idang  sudah sangat kuyup. Sesekali aku berhenti sessat untuk menelan ludahku.Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang, “Aku mau keluar nih, Tante. Keluarin di memok atau mau diisep, nih?”.


Ah,  betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini. Mendengar  teriakan Donny yang nampak sudah kebelet mau muncratkan spermanya, aku  buru-buru lepaskan kontol Idang dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat  jongkok sambil mengangakan mulutku tepat di ujung kontol Donny yang kini  penuh giat tangannya mengocok-ocok kont*lnya untuk mendorong agar air  maninya cepat keluar.


Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air  maniku, ya, Tante, minum ya, minum, nih, Tante, minum ya, makan spermaku  ya, Tante, makan ya, enak nih, Tante, enak nih air maniku, Tante, makan  ya..”.Air mani Donny muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke  rambutku. Sebagian lain nampak mengalir di batang dan tangannya. Yang  masuk mulutku langsung aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh di  batang dan tanganannya kujilati kemudian kuminum pula.


Kemudian  dengan jari-jarinya Donny mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian  disodorkannya ke mulutku yang langsung kulumati jari-jarinya itu.  Ternyata saat Idang menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia nggak  mampu menahan diri untuk mengocok-ocok juga kontolnya. Dan beberapa saat  sesudah kontol Donny menyemprotkan air maninya, menyusul kontol Idang  memuntahkan banyak spermanya ke mulutku. Aku menerima semuanya  seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang  berbeda, sperma Donny serasa madu manisnya, sementara sperma Idang  sangat gurih seperti air kelapa muda.


Dasar anak muda, nafsu  mereka tak pernah bisa dipuaskan. Belum sempat aku istirahat mereka  mengajak aku ke ranjang pengantinku. Mereka nggak mau tahu kalau aku  masih mengagungkan ranjang pengantinku yang hanya Oke saja yang boleh  ngentot aku di atasnya. Setengahnya mereka menggelandang aku memaksa  menuju kamarku.Aku ditelentangkannya ke kasur dengan pantatku  berada di pinggiran ranjang. Idang menjemput satu tungkai kakiku yang  dia angkatnya hingga nempel ke bahunya. Dia tusukan kontolnya yang tidak  surut ngacengnya sesudah sedemikian banyak menyemprotkan sperma untuk  menyesaki memekku, kemudian dia pompa kemaluanku dengan cepat kesamping  kanan, kiri, ke atas, ke bawah dengan penuh irama.


Aku  merasakan ujungnya menyentuh dinding rahimku dan aku langsung  menggelinjang dahsyat. Pantatku naik turun menjemput tusukan-tusukan  kontol legit si Idang. Sementara itu Donny menarik tubuhku agar kepalaku  bisa menciumi dan mengisap kontolnya. Kami bertiga kembali mengarungi  samudra nikmatnya birahi yang nikmatnya tak terperi.


Hidungku  menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Donny. Jilatan  lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kemaluan Donny.  Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Donny kuraih  ke atas ranjang sehingga satu kakinya menginjak ke kasur dan membuat  posisi pantatnya menduduki wajahku. Dengan mudah tangan Donny meraih dan  meremasi susu-susu dan pentilku.


Sementara  hidungku setengah terbenam ke celah pantatnya dan bibirku tepat di bawah  akar pangkal kontolnya yang keras menggembung. Aku menggosok-gosokkan  keseluruhan wajahku ke celah bokongnya itu sambil tangan kananku ke atas  untuk ngocok kontol Donny. Duh, aku kini tenggelam dalam aroma nikmat  yang tak terhingga. Aku menjadi kesetanan menjilati celah pantat Donny.


Aroma  yang menusuk dari pantatnya semakin membuat aku liar tak terkendali.  Sementara di bawah sana Idang yang rupanya melihat bagaimana aku begitu  liar menjilati pantat Donny langsung dengan buasnya menggenjot nonokku.  Dia memperdengarkan racauan nikmatnya,


“Tante,  nonokmu enak, Tante, nonokmu aku entot, Tante, nonokmu aku entot, ya,  enak, nggak, heh?, Enak ya, kontolku, enak Tante, kontolku?”. Aku juga  membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yang sangat dahsyat. Dan  ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam kemaluanku.


Aku  tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku  semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan  tanganku pada kontol Donny semakin kencang. Naik-naik pantatku  menjemputi kontol Idang semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat,  cepat.


Dan  teriakanku yang rasanya membahana dalam kamar pengantinku tak mampu  kutahan, meledak menyertai bobolnya pertahanan kemaluanku. Cairan  birahiku tumpah ruah membasah dab membusa mengikuti batang kontol yang  masih semakin kencang menusukki nonokku. Dan aku memang tahu bahwa Idang  juga hendak melepas spermanya yang kemudian dengan rintihan nikmatnya  akhirnya menyusul sedetik sesudah cairan birahiku tertumpah. Kakiku yang  sejak tadi telah berada dalam pelukannya disedoti dan gigitinya hingga  meninggalkan cupang-cupang kemerahan.


Sementara  Donny yang sedang menggapai menuju puncak pula, meracau agar aku  mempercepat kocokkan kontolnya sambil tangannya keras-keras meremasi  buah dadaku hingga aku merasakan pedihnya. Dan saat puncaknya itu  akhirnya datang, dia lepaskan genggaman tanganku untuk dia kocok sendiri  kontolnya dengan kecepatan tinggi hingga spermanya muncrat semburat  tumpah ke tubuhku.


Aku yang tetap penasaran,  meraih batang yang berkedut-kedut itu untuk kukenyoti, mulutku  mengisap-isap cairan maninya hingga akhirnya segalanya reda. Jari-jari  tanganku mencoleki sperma yang tercecer di tubuhku untuk aku jilat dan  isap guna mengurangi dahaga birahiku.


Sore harinya, walaupun aku  belum sempat merasakan getuk kirimannya yang kini berada dalam lemari  esku dengan penuh semangat dan terima kasih aku menelepon Yenny.


“Wah,  terima kasih banget atas kirimannya, ya Yen. Karena sudah lama aku  tidak merasakannya, huh, nikmat banget rasanya. Ada gurihnya, ada  manisnya, ada legitnya”, kataku sambil selintas mengingat kenikmatan  yang aku raih dari Idang anaknya dan Donny temannya.


Yenny  tertawa senang sambil menjawab, “Nyindir, ya. Memangnya kerajinan tanduk  dari Pucang (sebuah desa di utara Magelang yang menjadi pusat kerajinan  dari tanduk kerbau) itu serasa getuk kesukaanmu itu. N’tar deh kalau  aku pulang lagi, kubawakan sekeranjang getukmu”.Aku tersedak dan terbatuk-batuk. Mati aku, demikian pikirku. Ternyata bingkisan dalam kulkas itu bukan getuk kesukaanku.